“Aku pengen jadi lebih bijak, Kak. Aku pengen lebih bisa mengatur waktu, kapan waktunya bercanda, kapan waktunya harus serius. Aku juga mau lebih hati-hati dalam mengambil keputusan, jadi kalau mau ngambil keputusan itu dipikir dulu berkali-kali,” begitu ujar salah seorang teman Kelompok Batu Mandi ketika diajak untuk merefleksikan hal yang perlu mereka bangun saat ini.
Bulan Agustus lalu, teman-teman Kelompok Batu Mandi membuat sebuah karya kolaborasi bernama Pohon Harapan. Selayaknya sebuah pohon, karya ini terdiri dari bagian akar, batang, ranting, serta dedaunan. Karya pohon ini bukanlah karya biasa, sebab selain sebagai hiasan di kelas, dedaunan yang tumbuh di pohon ini menyimpan harapan dan hal yang perlu dibangun oleh masing-masing anggota kelompok Batu Mandi. Ada yang ingin menjadi lebih dewasa, ada yang ingin lebih aktif dalam kegiatan diskusi, ada pula yang ingin lebih fokus ketika berkegiatan di kelas.
Proses pembuatan Pohon Harapan ini dipimpin oleh Bryan. Ia memandu proses diskusi tentang konsep karya yang akan dibuat, menentukan bahan dan alat yang diperlukan, melakukan pembagian tugas, serta memastikan seluruh temannya berkontribusi dan berkolaborasi dalam proses pembuatan karya. Setelah melalui proses yang penuh dinamika kelompok, akhirnya karya ini rampung dalam waktu 5 hari.
Bagi teman-teman Batu Mandi, proses pembuatan karya ini memacu mereka untuk lebih kompak. Mereka juga mengungkapkan bahwa hal yang paling penting ketika bekerja sama adalah komunikasi serta mengesampingkan ego masing-masing. “Ternyata jadi pemimpin itu ga gampang ya, karena kadang kita ga didenger sama teman-teman,” begitu kesan yang diungkapkan oleh sang pemimpin proyek.
Di subtema pertama ini, teman-teman Kelompok Batu Mandi memang sedang berfokus untuk mengenali diri mereka masing-masing sebelum melakukan petualangan yang lebih luas nantinya. Semoga segala harapan yang telah teman-teman Batu Mandi tulis dapat segera menjadi kenyataan! (Kak Ome)